Inilah Mengapa Sebuah Negara Melakukan Devaluasi Terhadap Mata Uangnya
Nilai mata uang mulai mengambang bebas semenjak standar emas mulai ditinggalkan. Dari kejadian ini mengakibatkan sangat banyak terjadi sebuah negara melakukan devaluasi terhadap mata uang mereka, bahkan tidak sedikit yang akhirnya membuat warga negara tersebut menjadi terluka akibat perubahan nilai mata uang yang mereka pegang, seperti yang pernah terjadi di Indonesia di masa lalu.
Tidak hanya itu, mata uang sebuah negara yang terkena dampak devaluasi akan membuat sebuah gelombang yang cukup masiv di seluruh dunia. Kejadian ini menimbulkan banyak pertanyaan dikalangan orang awam, kalau memang bisa mengakibatkan dampak yang sangat luar biasa, mengapa negara tersebut melakukan devaluasi mata uang? Apakah tidak ada jalan lain?
Inilah Mengapa Sebuah Negara Melakukan Devaluasi Terhadap Mata Uangnya
Sangat Berguna Untuk Mengecilkan Defisit Perdagangan
Dengan adanya devaluasi mata uang, angka ekspor akan semakin meningkat dan angka impor akan semakin menurun ini dikarenakan nilai impor akan menjadi lebih murah dan nilai ekspor akan menjadi lebih mahal. Jelas ini sangat menguntungkan karena terjadi kenaikan keseimbangan pembayaran antara peningkatan ekspor dan penurunan impor, dengan keadaan ini deficit perdagangan sebuah negara akan menurun.
Mengapa ini penting? Deficit perdagangan yang terus menerus berlangsung akan mengarah ke tingkat hutang yang jauh lebih berbahaya bahkan bisa melumpuhkan perekonomian. Dengan melakukan devaluasi mata uang, akan dapat membantu keseimbangan dari peningkatan ekspor dan penurunan impor.
Peningkatan Ekspor
Di dalam pasar perdagangan dunia, antar satu negara dan negara lainnya terjadi sebuah persaingan yang sangat ketat. Misalkan saja produsen mobil Amerika bersaing ketat dengan para produsen mobil di Eropa dan juga Jepang. Kalau terjadi penurunan nilai Euro terhadap Dollar maka yang terjadi adalah harga penjualan mobil akan menjadi lebih murah daripada harga sebelumnya kalau dilihat dalam Dollar, begitu juga sebaliknya.
Dengan begini, seorang eksportir akan jauh lebih kompetitif dalam pasar global. Ekspor akan terus didorong, sementara yang terjadi impor akan dikurangi. Dalam hal ini teliti akan lebih diharuskan karena dua alasan yang kuat.
Pertama, permintaan ekspor akan meningkatkan permintaan barang di seluruh dunia, harga barang akan naik untuk menormalkan efek awal yang terjadi akibat devaluasi.
Kedua, negara lain yang melihat ini akan juga melakukan devaluasi juga untuk dapat menyaingi negara yang berlawanana, inilah yang akhirnya menimbulkan perang mata uang dan dapat ke arah inflasi yang jauh lebih terkendali.
Beban Hutang Dapat Berkurang
Kebijakan mata uang lemah akan membuat pembayaran menjadi jauh lebih efektid dan lebih murah dari waktu ke waktu. Apalagi kalau pembayaran terus dilakukan secara berkala dan teratur.
Contoh kasus, misalkan pemerintah mempunyai hutang dan diwajibkan untuk membayar sebesar 1 juta dollar setiap bulannya. Tapi saat terjadi sebuah devaluasi sebesar separuh dari harga aslinya, maka pembayaran hutang yang tadinya sebesar 1 juta dollar, saat ini tinggal bernilai 500ribu dollar saja.
Strategi devaluasi ini harus benar benar diterapkan dengan amat hati hati, karena banyak negara di dunia memiliki hutang dalam beberapa bentuk dan juga kepada negara lainnya juga. Devaluasi mata uang memang bisa membuat keuntungan bagi satu negara tapi kalau dilakukan dengan tidak hati hati maka yang terjadi adalah sebuah perang mata uang. Taktik devaluasi mata uang ini juga beresiko gagal kalau sebuah negara memiliki obligasi asing dalam jumlah yang sangat besar, ini dikarenakan pembayaran bunga obligasi akan menjadi lebih mahal.
Devaluasi mata uang ini biasanya banyak digunakan sebuah negara supaya bisa mencapai sebuah kebijaka ekonomi sebuah negara. Mata uang yang lebih lemah dari negara lain di seluruh dunia akan sangat bermanfaat untuk dapat meningkatkan ekspor dan juga mengecilkan defisit perdagangan sebuah negara.
Walaupun memiliki dampak positif, devaluasi ini sebenarnya juga memiliki dampak negatif. Diantaranya dapat meningkatkan ketidakpastian yang terjadi di sebuah pasa global, akibatnya adalah kejatuhan asset pasar bahkan dapat juga memicu resesi ekonomi. Selain itu dapat juga terjebak dalam arus perang mata uang yang terus menerus akan menciptakan persaingan siapa mata uang yang paling lemah.
Hal ini bisa memicu sebuah siklus yang cukup berbahaya bagi sebuah negara.