Trading Menggunakan Parabolic Stop and Reverse
Selain directional movement index (DMI) dan average
directional index (ADX), J. Welles Wilder juga mengembangkan indikator lain
berupa parabolic stop and reverse. Indikator ini lebih populer disebut sebagai
parabolic SAR. Salah satu fungsi dari indikator ini yaitu untuk melihat tren.
Parabolic SAR ditampilkan dalam satu buah garis parabola
(atau titik) di bawah bar harga saat tren naik, atau di atas bar harga saat
tren menurun. Selain untuk melihat tren, parabolic SAR mampu menyediakan sinyal
masuk dan keluar trading sehingga target profit yang dibuat bisa tercapai.
Cara menghitung parabolic SAR
Indikator parabolic SAR (PSAR) menggunakan harga (EP)
terbaru yang bergerak paling ekstrim (entah naik atau turun), bersama dengan
faktor pengakselerasi (AF) untuk menentukan di mana titik dari indikator akan
muncul. Formula untuk menghitungnya seperti ini:
Tren naik =
PSAR sebelumnya + AF sebelumnya (EP sebelumnya – PSAR sebelumnya)
Tren turun =
PSAR sebelumnya – AF sebelumnya (PSAR sebelumnya – EP sebelumnya)
EP merupakan harga paling tinggi dari tren naik terbaru,
atau paling rendah saat tren menurun yang baru muncul. AF secara default
angkanya 0.02 dan selalu naik kelipatan 0.02 saat mencapai EP terbaru dengan nilai
maksimalnya 0.20.
Hasil dari perhitungan ini yaitu munculnya titik (yang
selanjutnya bisa dihubungkan hingga menjadi garis) di bawah harga yang bergerak
naik, atau di atas harga yang bergerak turun. Garis yang terbentuk lalu membantu
menyorot arah tren pergerakan harga yang sedang berlangsung.
Saat harga jatuh di bawat titik yang naik, titik ini akan
berganti tempat di atas bar harga. Saat harga naik di atas titik yang turun,
titik ini akan ada di bawah bar harga. Untungnya, semua software trading saat
ini bisa menghitung secara otomatis untuk trader. Gambar di atas menampilkan
bagaimana parabolic SAR terlihat dalam chart.
Trading dengan parabolic SAR
Aturan dasar trading dengan parabolic SAR yaitu membeli saat
titik bergerak di bawah bar harga (menandakan tren naik), dan menjual saat
titik bergerak ke atas bar harga (menandakan tren turun). Ini akan menghasilkan
sinyal trading yang sangat konstan sehingga membantu trader mendapat posisi
yang tepat saat ingin trading.
Situasi akan menjadi lebih baik lagi jika harga mengalami
swing besar turun naik sehingga memberi peluang profit lebih besar saat
trading. Tapi jika harga hanya membuat pergerakan kecil di tiap arah (entah
turun atau nak), berarti ada bahaya mengintai trader karena bisa kalah trading
beruntun.
Oleh karenanya, akan lebih baik untuk menganalisa harga
lebih dulu untuk mengetahui apa market mengalami tren naik atau turun.
Indikator lain semacam moving average juga bisa membantu melihat pergerakan
tren. Jika tren memang muncul, baiknya trading searah tren keseluruhan.
Untuk contohnya, jika tren sedang turun (berdasarkan analisa
yang dilakukan), segera lakukan short-trade saat titik akan berbalik naik di
atas bar harga, lalu keluar trading saat titik akan berbalik ke turun di bawah
bar harga.
Seperti inilah cara memanfaatkan indikator parabolic SAR, yaitu
untuk menangkap pergerakan tren. Jika sudah tahu pola keseluruhan tren, maka
trader tak perlu khawatir tentang kelemahan dari indikator parabolic SAR, yaitu
kadang memunculkan sinyal trading yang tak memberi profit.
Jika mencermati lagi, gambar di atas menunjukkan entry point yang sangat potensial untukshort-trade saat tren menurun, begitu juga dengan exit point. Gambar jugamenunjukkan titik akhir di mana harga selanjutnya bergerak ke samping. Titikakhir ini bukan posisi ideal untuk melakukan tading berdasarkan parabolic SAR.
Plus minus parabolic SAR
Keunggulan utama dari indikator parabolic SAR yaitu, bahwa
saat terjadi tren yang kuat, parabolic SAR mampu menonjolkan tren yang kuat ini
sehingga membuat trader bisa trading searah tren terus. Indikator parabolic SAR
juga bisa memberi tahu exit point jika pergerakan harga melawan arah tren, yang
mana ini merupakan sinyal pembalikan.
Terkadang, ini bisa menjadi poin keluar trading yang bagus
karena harga bergerak ke arah sebaliknya. Tapi kadang ini bukan titik keluar yang
bagus karena harga bisa bergerak naik cepat kembali ke arah tren lagi. Garis
besarnya, indikator parabolic SAR masih kurang mampu menyajikan informasi lebih
dalam tentang analisa market jika harga mengalami sideway (pergerakan ke
samping).
Agak cenderung sulit untuk mendapat sinyal trading jika
menganalisa market yang bergerak ke samping dengan indikator parabolic SAR. Alasannya
karena tak ada tren yang terjadi, sehingga indikator hanya akan menampilkan garis
turun naik di bawah dan di atas bar harga.
Situasi seperti ini kadang bisa berlangsung hingga satu sesi
market. Itulah kenapa, beberapa trader yang hanya bergantung pada indikator ini
bisa mengalami kerugian hebat, terutama saat trading di kondisi market yang
sideway. Akan jauh lebih baik jika indikator parabolic SAR dikombinasi dengan
indikator lain untuk menghasilkan sinyal trading yang lebih presisi.
0 Response to "Trading Menggunakan Parabolic Stop and Reverse"
Posting Komentar